Selasa, 18 Juni 2013





1.1  Latar Belakang
      
       Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan efektif? Apa Hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan.
Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
1.2  Rumusan Masalah
       Dari latar belakang tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
       1.  Pengertian kepemimpinan
       2.  Proses kepemimpinan
       3.  Macam-macam teori kepemimpinan
       4.  Tipologi kepemimpinan
       5.  Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan

1.3 Tujuan
1.       Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
2.       Untuk mengetahui proses kepemimpinan
3.       Untuk mengetahui macam-macam teori kepemimpinan
4.       Untuk mengetahui tipologi kepemimpinan
5.       Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan
       Beberapa definisi mengenai pengertian kepemimpinan adalah sebagai berikut :
ü  Menurut Ordway Tead  kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka mau bekerjasama untuk mencapai  tujuan yang diinginkan.
ü  Menurut George R. Terry kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
ü  Menurut Howard H. Hoyt kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.
ü  Menurut Dwight D. Eisenhower kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk memutuskan apa yang perlu untuk dilakukan, dan kemudian membuat orang lain melakukannya
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain.
Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etika, dan motivasi dengan produktivitas kerja.



Perbedaan antar manajer dan pemimpin.
           Kepemimpinan lebih banyak berkaitan dengan proses yang bersifat “human”, sedangkan manajemen lebih banyak berkaitan dengan struktur serta proses yang bersifat fisik. Selanjutnya kepemimpinan lebih banyak melihat pada bagaimana seorang individu berfungsi (individual fungtioning), sedangkan manajer lebih banyak melihat bagaimana organisasi berfungsi. Pemikiran seperti ini akan lebih dipahami setelah membaca pengertian di bawah ini:
a)       Kepemimpinan adalah insiasi suatu aksi yang melahirkan formula yang konsisten dari suatu interaksi dalam suatu kelompok yang diarahkan pada penyelesaian suatu masalah bersama (Hemphill, 1954)
b)       Pemimpin adalah individual dalam kelompok yang diberi tugas untuk mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan kelompok atau siapa saja dalam kelompok yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi mengarahkan dan koordinasi dalam kelompok (Fieldler, 1967)
c)       Pemimpin adalah individu yang diidentifikasi dan dinyatakan sebagai pemimpin oleh pengikutnya (Sanford, 1949)
d)       Kepemimpinan organisasi adalah kemampuan lebih dalam mempengaruhi kegiatan megarahkan yang berkaitan dengan kegiatan mekanik yang bersifat rutin dalam organisasi (Katz & Khan, 1964)
e)       Kepemimpinan adalah proses dengan mana seorang individu  mengambil inisiatif untuk membantu suatu kelompok menuju tujuan yang dapat diterima, memelihara kelompok dan membatasi kebutuhan-kebutuhan individu dalam kelompok (Boles and Davenpost, 1975)
f)        Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain kearah tertentu untuk mempengaruhi orang lain umumnya melalui interaksi dua arah (Synder and Anderson, 1986)
g)       Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan individu  atau kelompok ke arah pencapaian  tujuan dalam situasi tertentu (Hersey and Blanchard, 1972)


2.2  Proses kepemimpinan
       1. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi
       Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik. Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etika, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Adapun fungsi pokok dari seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai administrator dan sebagai manajer, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
A.      Fungsi Administrator dalam pelaksanannya dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
ü  Pengambil keputusan
ü  Perumus Kebijaksanaan
Sebagai pengambil keputusan setiap pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip berikut :
ü  Harus tepat dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
ü  Harus cepat, jangan kadaluwarsa sehingga merugikan gerak organisasi dan anggota
ü  Harus rasional, artinya dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan organisasi atau anggota
ü  Harus dapat mempermudah tercapainya tujuan organisasi
Adapun sebagai perumus kebijaksanaan seseorang pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
ü  Harus berdasarkan penelitian yang obyektif dan didukung oleh data dan fakta yang lengkap
ü  Isi dan tujuan kebijaksanaan tidak bertentangan dengan sasaran dan haluan organisasi
ü  Ditetapkan berdasarkan musyawarah sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditentukan
ü  Untuk peristiwa yang sama kebijaksanaannya harus sama, walaupun objeknya berbeda.

B.      Sebagai manajer, pemimpin harus berperan sebagai :
       a) Perencana
       b) Organisator
       c) Pengarah
       d) Pengawas
       e) Penilai

2. Kepemimpinan Dalam Perubahan Sosial
            Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan, karena tidak ada kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menyentuh dan menggeser nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial, dan lain sebagainya.

Menurut Wibert E. Moore dalam bukunya yang berjudul Social Change mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala normal. Pengaruhnya dunia dewasa ini merupakan ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern.


3. Efektifitas Kepemimpinan
            Prof. Dr. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu sebagai berikut :
A.      Ketajaman penglihatan sosial
      Adapun yang dimaksud dengan ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan para anggota sesama organisasi. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan pelengkap.
B.      Kemampuan berfikir abstrak
      Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena memiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.
C.     Keseimbangan Emosional
      Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.
D.     Proses Komunikasi Dalam Kepemimpinan
      Tidak dapat disangkal, bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup terlepas dari manusia lain.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, karena masyarakat hanya bisa berfungsi melalui dan karena komunikasi. Tingkat intensitas hubungan antar manusia akan dapat diukur melalui seberapa jauh keterbukaan komunikasi yang dilakukannya.
Kehidupan manusia sehari-hari sangat dipengaruhi oleh pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
2.3 Teori-Teori Kepemimpinan
1.       Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
            Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “ the greatma theory”.
            Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan , akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik,mental dan kepribadian.
2.       Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
            Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasar teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal:
·         Pertama yang disebut konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contohnya: membela bawahan, memberi masukan pada bawahan dan berkonsultasi dengan bawahan.
·         Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang  memberikan batasan kepada bawahan. Contoh: bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan dan hasil apa yang akan dicapai. Jadi menurut teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.


3.       Teori Kontingensi
            Teori ini mulai berkembang pada tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
·         Substansinya adalah manusia bukan tugas. Kurang menekankan hirarki struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok, kebersamaan dalam tugas,pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.

4.       Teori Behavioristik
            Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain,behaviorisme tidak mengakui adanya  kecerdasan, bakat,minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku. Beberapa tokoh teori behavioristik:
·         Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs,security needs,social needs, esteem needs, self actualization needs. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.

·         Douglas Mc gregor (1906-1964)
Teori X dan Teori Y. Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerjadan mengefektifkan penggunaan rewards dan punishment untuk meningkatkan produktivitas karwayan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi dan mendorong pertumbuhan kinerja.
5.       Teori Humanistik
            Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism” . Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya dalam memenuhi  kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati,didalam teori humanistik, terdapat tiga variable pokok, yaitu:
·         Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan,kebutuhan,dan kemampuanya.
·         Organisasi yang disusun dengan segenap tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan.
·         Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.
Blanchard, Zigami, dan Drea bahkan menyatakan kepemimpinan bukanlah sesuatu yang anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang anda lakukan bersama dengan orang lain.

2.4. Tipologi Kepemimpinan
1.    Kepemimpinan Tradisional
Secara harfiah kepemimpnan tradisional dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka mengalami kemandegan.
Dalam konteks ini corak kepemimpinan yang berkembang adalah dalam bentuk feodal, karena siapa yang mempunyai keberanian dia akan tampil ke depan, dan sekali merebut akan tetap mempertahankan bahkan mewariskan kepada keturunannya. Kepemimpinan corak ini berusaha untuk menyalurkan pemikiran dan tindakan pengikutnya ke arah mengagungkan beberapa kelompok.

2.    Kepemimpinan Kharismatik
Tipologi kepemimpinan kharismatik ini diwarnai oleh indikator sangat besarnya pengaruh sang pemimpin terhadap para pengikutnya. Kepemimpinan seperti ini lahir karena pemimpin tersebut mempunyai kelebihan yang bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga apa yang diperintahkannya rasionalitas dan perintah tersebut. Jika dilihat lebih jauh seakan-akan antara pemimpin dengan pengikutnya seperti ada daya tarik bersifat kebatinan atau magic.
Biasanya dalam kepemimpinan kharismatik, interaksinya dengan lingkungan lebih banyak bersifat informal. Karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pun mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia sering dipuja dan dipuji bahkan dikultuskan. Sebab dalam kesehariannya dengan kewibawaannya yang cukup besar dia mampu mengendalikan pengikutnya tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain.
Kepemimpinan kharismatik biasanya menggunakan gaya persuasif dan edukatif. Apabila dilihat dari kacamata administrasi dan manajemen sebenarnya kepemimpinan tipologi ini akan jauh lebih berhasil apabila kebetulan pemimpinnya mendapat kepercayaan pula sebagai pemimpin formal, baik dalam pemerintahan maupun dalam persatuan atau organisasi kemasyarakatan.

3.    Kepemimpinan Rasional
Kepemimpinan dalam suatu organisasi hanya akan efektif, jika kepemimpinannya itu dapat diterima oleh pengikutnya. Oleh sebab itu, kepemimpinan harus diimbangi dengan nilai-nilai rasionalitas yang secara timbal balik diakui dan dibenarkan, baik oleh sang pemimpin maupun pengikutnya. Salah satu bagian penting dari tugas pemimpin adalah pengembangan sumber daya manusia atau orang-orang yang dipimpin.

4.    Kepemimpinan Otoriter
Tipologi kepemimpinan otoriter atau biasa juga disebut dengan istilah otokratis, biasanya tidak bertahan lama dan kalaupun akan bertahan hanya dilingkungan terbatas. Ketika masyarakat mulai berkembang dan maju, baik dalam arti pendidikan maupun ekonomi dan peradaban, sekaligus bersamaan waktunya kepemimpinan otoriter kan dijauhi oleh masyarakat.
Gaya kepemimpinan represif, inspektif, dan investivigatif merupakan tingkah lakunya sehari-hari.Gaya-gaya tersebut sekaligus membuktikan bahwa seorang pemimpin yang otoriter adalah seorang yang hanya mengutamakan kehendak sendiri.Seolah-olah pada dirinya berhimpun dua kekuasaan, yaitu memberi perintah dan menentukan keputusan.

5. Kepemimpinan Demokratis
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran dalam melihat prototype kepemimpinan yang demokratis antara lain adalah sebagai berikut :
ü  Menempatkan manusia dalam pandangan yang terhormat, mulia dan berpotensi.
ü  Senantiasa berusaha mempertautkan atara kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan dan kepentingan pribadi
ü  Terbuka menerima kritik dan saran dari siapa saja
ü  Berupaya menciptakan iklim yang kondusif dan mengutamakan kerja sama yang kompak
ü  Mendorong bawahan untuk bebas berinisiatif, melalui kreativitas yang dinamis
ü  Senantiasa membina diri untuk bisa berkembang sebagai pemimpin yang berwawasan luas, andal, dan berwibawa.
Kepemimpinan demokratis adalah tipologi yang paling tepat dan ideal untuk dikembangkan dalam organisasi yang modern. Pertimbangannya adalah karena lebih cocok dengan fitrah manusia dan mudah untuk diterapkan dalam semua lapisan baik masyarakat kota maupun masyarakat desa.
Secara filosofis corak kepemimpinan demokratis akan tergambar dalam tindakan dan perilaku kepemimpian antara lain sebagai berikut :
1) Pemimpin menghargai pengikutnya secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan.
2) Pengambilan keputusan sangat berorientasi kepada keputusan kelompok, bukan hasil pemikiran dari seorang pemimpin saja.
3)  Pola dialog menjadi kebutuhan dalam menumbuhkan inisiatif kelompok.
4)  Tugas dan wewenang disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan yang tersedia.
5) Memberi peluang yang luas kepada bawahan untuk berkembang sesuai dengan skill-nya
6) Selalu mengatakan bahwa keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan bersama (kelompok).

6. Kepemimpinan Tunggal
              Dalam ilmu kepemimpinan dikenal istilah yang sama pengertiannya tetapi berbeda dalam penerapannya, yaitu pimpinan dan kepala.  Persamaan adalah sama-sama menghadapi atau memimpin sekelompok orang dan sama-sama mempunyai tanggung jawab tertentu dalam memimpin atau yang diberi amanah untuk melaksanakan suatu tugas pokok sesuai dengan fungsinya. Sedangkan dalam penerapannya secara operasional terdapat beberapa perbedaan yang sangat prinsipil, yaitu sebagai berikut :
1) Pimpinan
- Bertindak sebagai organisator dan koordinator
- Bertanggung jawab terhadap sekelompok yang dipimpinnya
- Merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berasal dari kepercayaan anggota kelompok atau bawahannya
- Dipilih dan diangkat atas kemauan dan persetujuan anggota kelompoknya.
             
              2) Kepala
- Bertindak sebagai penguasa
- Bertanggung jawab terhadap atasan, bukan kepada bawahan
- Tidak selalu merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berpijak dari peraturan-peraturan
- Tidak dipilih, melainkan diangkat oleh atasan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

7. Kepemimpinan Kolektif
     Pengertian kolektif adalah bersama, jadi tipologi kepemimpinan yang kolektif bermakna bahwa kepemimpinan tidak dijalankan oleh orang seorang dalam kapasitas jabatan apa saja. Tetapi yang menonjol adalah kebersamaan, baik dalam memberikan penilaian terhadap hasil usaha dan pengawasan.

2.5 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menunjukkan pada perilaku yang di tampilkan oleh seorang pemimpin di hadapan orang-orang yang dipimpin. Gaya kepemimpinan dibangun atas dasar dua dimensi yaitu:
ü  Gaya yang berorientasi pada orang atau hubungan atau bawahan.
ü  Gaya yang berorientasi pada tugas atau atasan.

Kontinum kepemimpinan
Teori ini diperkenalkan oleh Robert Tanenbaum dan Waren Schmid. Menurut teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi dua yang ekstrem satu sama lain yaitu: gaya kepemimpinan yang berpusat pada pemimpin dan gaya yang berpusat pada bawahan. Diatara dua gaya yang ekstrim terdapat kontinum gaya kepemimpinan. Berikut diagramnya:







 












Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh blake& moulton. Disini gaya kepemimpinan di bagi menjadi dua yaitu yang berorientansi pada tugas dan hubungan. Dengan 5 macam identifikasi gaya :
Ø  Impoverish Mangement
Ø  Team Management
Ø  Country Club Management
Ø  Task Management
Ø  The Middle of Road Management
Penjelaan dari teori ini di paparkan dalam diagram.
9.9
Team Management
 
1.9
Country Club
 

 
Tinggi



5.5
The Middle of Road
 
 
perhatian
atas
1.1
Improvished Management
 
9.1
Task Management
 
“people”


Rendah
Rendah                        perhatian atas “Task”                     tinggi
Leadership life cycle
Pemikiran ini dicetuskan oleh Paul hersey dan Keneth Blanchard. Kedua dimensi yaitu hubungandan tugas ditempatkan secara bersilangan sehingga diperoleh empat macam gaya yaitu:
v  Instructive
v  Participative
v  Consultative
v  Delegative
Teori ini sering disebut sebagai kepemimpinan situasional artinya bila masing-masing atau gabungan dari gaya-gaya tersebut dipergunakan sesuai situasi.Situasi yang dimaksud adalah tingkat kematangan bawahan (orang yang dipimpin).Hersey dan blancard membedakan tingkat kematangan bawahan sebagai kematangan tugas (kemampuan) dan kematangan emosi (kemauan).Dengan menempatkan kedua macam kematangan ini secara bersilangan maka diperoleh empat tingkat kematangan.
§  M1- tidak mampu dan tidak mau
§  M2-  tidak mampu tetapi mau
§  M3- Mampu tetapi tidak mau
§  M4- mampu dan mau.
Dalam pemikiran situasional ini, tidak ada gaya yang paling baik karena yang dipentingkan adalah gaya yang sesuai pada situasi yang sesuai  (the best fit). Sehingga yang lebih menarik untuk diuraikan adalah bagaimana memainkan masing-masing gaya bila gaya tersebut yang dianggap sesuai. Situasi atau tindakan dalam beberapa gaya:
Ä  Gaya Instruktif
a)       Mengajak dengan hati-hati apa yang harus dilakukan
b)       Mengamati pelaksanaan tugas
c)       Terlibat dalam hal kecil
d)       Standar yang ditentukan harus jelas
e)       Perintah harus diberikan secara panjang lebar
f)        Menguji pelaksanaan tugas
g)       Menegakkan disiplin
h)       Penuh pengertian tetapi tugas
i)         Membantu orang lain untuk belajar
Ä  Gaya Konsultatif
a)       Menunjukkan ide dan gagasan
b)       Menjalankan komunikasi yang baik
c)       Memberikan petunjuk bila perlu
d)       Memonitor tugas sesuai standar
e)       Menghargai prestasi
Ä  Gaya Partisipasi
a)       Focus pada peningkatan moral dan semangat kerja
b)       Mendorong partisipasi
c)       Membatasi pemberian petunjuk dan pengawasan
d)       Mengembangkan system monitor diri
e)       Melakukan konsultasi mengenai masalah
f)        Memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengembangkan diri
g)       Memberikan tanggung jawab yang lebih besar
Ä  Gaya Delegatif
a)       Pimpinan bertindak sebagai narasumber
b)       Membiasakan pekerjaan dilakukan oleh kelompok
c)       Menegaskan sasaran/target
d)       Memberi dukungan apabila diperlukan
e)       Menghindari campur tangan
f)        Menanggapi prestasi pertumbuhan secara serius.

2.6Efektifitas Kepemimpinan
                               Prof. Dr. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :
1)    Ketajaman penglihatan sosial
              Adapun yang dimaksud dengan ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan para anggota sesama organisasi.Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan pelengkap.
2)    Kemampuan berfikir abstrak
              Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena mimiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.

3)    Keseimbangan Emosional
         Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya.Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.
Tinggi
Gaya Pemimpin
Rendah-Tugas
Tinggi-Hubungan
Gaya Pemimpin
Tinggi-Tugas
Tinggi-Hubungan
Gaya Pemimpin
Rendah-Tugas
Rendah-Hubungan
Gaya Pemimpin
Tinggi-Tugas
Rendah-Hubungan
P
E
R
I
L
A
K
U

H
U
B
U
N
G
A
N
Rendah
         Rendah                   PERILAKU                   TUGAS             Tinggi




Diatas Rata-rata                  Rata-rata               Dibawah Rata-rata
Kedewasaan Pegawai
Mapu dan mau
Mampu tetapi tidak mau
Tidak mampu tetapi mau
Tidak mampu dan tidak mau

Diagram Siklus Hidup Kepemimpinan.

























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
       Teori sifat , teori perilaku dan teori situasi, teori kontingensi, teori behavioristik, teori humanistik adalah teori yang mengemukakan lahirnya/timbulnya seorang pemimpin, sedangkan tipe-tipe kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe utama yaitu tipe tradisional, otoriter, demokratis, rasional, tunggal dan tipe kolektif.
Tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena diputuskan demikian, bukan karena secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka semakin besar bobot dari keputusan yang diambilnya meskipun sering ke putusan tersebut bersifat umum dan kualitatif.
Dalam sebuah organisasi harus selalu terdapat pendelegasian wewenang. Hal ini disebabkan karena keterbatasan-keterbatasan dari manajer dalam melaksanakan tugasnya.



DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan dan Industri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kayo, RB. Khatib Pahlawan, 2005. Kepemimpinan Islam dan Dakwah. Amzah.Jakarta
Kertahadi. 2003. Kepemimpinan dalam Organisasi. Universitas Negeri Malang. Malang
Tisnawati Sule, Ernie dan Saefullah Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen. Media Kencana Prenada Group. Jakarta 
Wadsworth J. Walter. 2004. Pustaka Bisnis Global; Kepemimpinan. Tugu Publisher. Yogyakarta
http://rendim.blogspot.com/ (diakses  2 Juni 2011)