1.1 Latar Belakang
Dalam
kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,
keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan
kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai
tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan efektif?
Apa Hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa
pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan.
Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila
organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan
efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian kepemimpinan
2. Proses kepemimpinan
3. Macam-macam teori kepemimpinan
4. Tipologi kepemimpinan
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
2.
Untuk mengetahui proses kepemimpinan
3.
Untuk mengetahui macam-macam teori kepemimpinan
4.
Untuk mengetahui tipologi kepemimpinan
5.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Beberapa
definisi mengenai pengertian kepemimpinan adalah sebagai berikut :
ü
Menurut Ordway Tead kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang
agar mereka mau bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
ü
Menurut George R. Terry kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
tujuan-tujuan kelompok.
ü
Menurut Howard H. Hoyt kepemimpinan
adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing
orang.
ü
Menurut Dwight D. Eisenhower
kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk memutuskan apa yang perlu untuk
dilakukan, dan kemudian membuat orang lain melakukannya
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses ketika seseorang memimpin
(directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol
(controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain.
Ilmu diperlukan
sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu
tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian
tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan
dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis
terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etika, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Perbedaan
antar manajer dan pemimpin.
Kepemimpinan lebih banyak berkaitan
dengan proses yang bersifat “human”, sedangkan manajemen lebih banyak berkaitan
dengan struktur serta proses yang bersifat fisik. Selanjutnya kepemimpinan
lebih banyak melihat pada bagaimana seorang individu berfungsi (individual
fungtioning), sedangkan manajer lebih banyak melihat bagaimana organisasi
berfungsi. Pemikiran seperti ini akan lebih dipahami setelah membaca pengertian
di bawah ini:
a)
Kepemimpinan adalah
insiasi suatu aksi yang melahirkan formula yang konsisten dari suatu interaksi
dalam suatu kelompok yang diarahkan pada penyelesaian suatu masalah bersama
(Hemphill, 1954)
b)
Pemimpin adalah individual dalam kelompok yang diberi tugas untuk
mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan kelompok atau siapa saja dalam kelompok
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi mengarahkan dan koordinasi
dalam kelompok (Fieldler, 1967)
c)
Pemimpin adalah
individu yang diidentifikasi dan dinyatakan sebagai pemimpin oleh pengikutnya
(Sanford, 1949)
d)
Kepemimpinan
organisasi adalah kemampuan lebih dalam mempengaruhi kegiatan megarahkan yang
berkaitan dengan kegiatan mekanik yang bersifat rutin dalam organisasi (Katz
& Khan, 1964)
e)
Kepemimpinan adalah
proses dengan mana seorang individu
mengambil inisiatif untuk membantu suatu kelompok menuju tujuan yang
dapat diterima, memelihara kelompok dan membatasi kebutuhan-kebutuhan individu
dalam kelompok (Boles and Davenpost, 1975)
f)
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain kearah tertentu untuk mempengaruhi
orang lain umumnya melalui interaksi dua arah (Synder and Anderson, 1986)
g)
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan individu
atau kelompok ke arah pencapaian
tujuan dalam situasi tertentu (Hersey and Blanchard, 1972)
2.2 Proses kepemimpinan
1. Fungsi
Kepemimpinan Dalam Organisasi
Ilmu
diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk
menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang
sejuk dan simpatik. Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan
tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian
membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana
antara moral, etika, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Adapun fungsi pokok dari seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
sebagai administrator dan sebagai manajer, masing-masing dapat diuraikan
sebagai berikut :
A.
Fungsi Administrator dalam pelaksanannya dibagi dua, yaitu sebagai berikut
:
ü Pengambil keputusan
ü Perumus Kebijaksanaan
Sebagai pengambil keputusan setiap pemimpin harus
berorientasi pada prinsip-prinsip berikut :
ü Harus tepat dan dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
ü Harus cepat, jangan kadaluwarsa sehingga merugikan gerak organisasi dan anggota
ü Harus rasional, artinya dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan organisasi atau anggota
ü Harus dapat mempermudah tercapainya tujuan organisasi
Adapun sebagai perumus kebijaksanaan seseorang pemimpin
harus berorientasi pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
ü Harus berdasarkan penelitian yang obyektif dan didukung
oleh data dan fakta yang lengkap
ü Isi dan tujuan kebijaksanaan tidak bertentangan dengan
sasaran dan haluan organisasi
ü Ditetapkan berdasarkan musyawarah sesuai dengan prosedur
dan mekanisme yang telah ditentukan
ü Untuk peristiwa yang sama kebijaksanaannya harus sama,
walaupun objeknya berbeda.
B.
Sebagai manajer, pemimpin harus berperan sebagai :
a) Perencana
b) Organisator
c) Pengarah
d) Pengawas
e) Penilai
2. Kepemimpinan
Dalam Perubahan Sosial
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami
perubahan, karena tidak ada kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri.
Karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu
sepanjang masa. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat
menyentuh dan menggeser nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial, dan lain sebagainya.
Menurut Wibert E. Moore dalam bukunya yang berjudul Social Change mengatakan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan
gejala normal. Pengaruhnya dunia dewasa ini merupakan ke bagian-bagian dunia
lain berkat adanya komunikasi modern.
3. Efektifitas
Kepemimpinan
Prof. Dr. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga
syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu sebagai
berikut :
A.
Ketajaman penglihatan sosial
Adapun yang dimaksud dengan ketajaman
penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti
gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari,
khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan
para anggota sesama organisasi. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan
pokok atau kebutuhan pelengkap.
B.
Kemampuan berfikir abstrak
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan
berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena memiliki
abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan
menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.
C.
Keseimbangan Emosional
Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan
menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu.
Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka
yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap
tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.
D.
Proses Komunikasi Dalam Kepemimpinan
Tidak dapat disangkal, bahwa komunikasi memegang peranan
penting dalam hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat
hidup terlepas dari manusia lain.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat
mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, karena masyarakat hanya bisa
berfungsi melalui dan karena komunikasi. Tingkat intensitas hubungan antar manusia akan dapat diukur melalui
seberapa jauh keterbukaan komunikasi yang dilakukannya.
Kehidupan manusia sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
2.3 Teori-Teori Kepemimpinan
1.
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan
berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang
pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “ the
greatma theory”.
Dalam perkembangannya, teori ini
mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan , akan tetapi juga
dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain:
sifat fisik,mental dan kepribadian.
2.
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku
seorang pemimpin yang mendasar teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal:
·
Pertama yang disebut konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contohnya: membela bawahan,
memberi masukan pada bawahan dan berkonsultasi dengan bawahan.
·
Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
yang memberikan batasan kepada bawahan.
Contoh: bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan dan hasil apa yang akan dicapai. Jadi menurut teori ini,
seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki
perhatian tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
3.
Teori Kontingensi
Teori ini mulai berkembang pada
tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang
optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem
mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
·
Substansinya adalah manusia bukan tugas. Kurang menekankan hirarki struktur
saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok, kebersamaan dalam
tugas,pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.
4.
Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran
psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain,behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat,minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa
manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja lebih berorientasi
pada manusia sebagai pelaku. Beberapa tokoh teori behavioristik:
·
Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical
needs,security needs,social needs, esteem needs, self actualization needs.
Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar
timbul kepuasan.
·
Douglas Mc gregor (1906-1964)
Teori X dan Teori Y. Teori X melihat karyawan dari segi
pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerjadan mengefektifkan penggunaan
rewards dan punishment untuk meningkatkan produktivitas karwayan. Teori Y
melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan
humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong
pertumbuhan pribadi dan mendorong pertumbuhan kinerja.
5.
Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada
prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling
menghargai dan adanya kebebasan. Teori humanistik dengan para pelopor Argryris,
Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism” .
Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan
dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati,didalam teori humanistik, terdapat
tiga variable pokok, yaitu:
·
Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan
segenap harapan,kebutuhan,dan kemampuanya.
·
Organisasi yang disusun dengan segenap tetap relevan dengan kepentingan
anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan.
·
Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.
Blanchard,
Zigami, dan Drea bahkan menyatakan kepemimpinan bukanlah sesuatu yang anda
lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang anda lakukan bersama dengan
orang lain.
2.4.
Tipologi Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Tradisional
Secara harfiah kepemimpnan tradisional
dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah
masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang
primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi
objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka
mengalami kemandegan.
Dalam konteks ini corak kepemimpinan
yang berkembang adalah dalam bentuk feodal, karena siapa yang mempunyai
keberanian dia akan tampil ke depan, dan sekali merebut akan tetap
mempertahankan bahkan mewariskan kepada keturunannya. Kepemimpinan corak ini
berusaha untuk menyalurkan pemikiran dan tindakan pengikutnya ke arah
mengagungkan beberapa kelompok.
2. Kepemimpinan Kharismatik
Tipologi kepemimpinan kharismatik ini
diwarnai oleh indikator sangat besarnya pengaruh sang pemimpin terhadap para
pengikutnya. Kepemimpinan seperti ini lahir karena pemimpin tersebut mempunyai
kelebihan yang bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga
apa yang diperintahkannya rasionalitas dan perintah tersebut. Jika dilihat
lebih jauh seakan-akan antara pemimpin dengan pengikutnya seperti ada daya
tarik bersifat kebatinan atau magic.
Biasanya dalam kepemimpinan kharismatik, interaksinya dengan lingkungan lebih banyak bersifat informal. Karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pun mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia sering dipuja dan dipuji bahkan dikultuskan. Sebab dalam kesehariannya dengan kewibawaannya yang cukup besar dia mampu mengendalikan pengikutnya tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain.
Biasanya dalam kepemimpinan kharismatik, interaksinya dengan lingkungan lebih banyak bersifat informal. Karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pun mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia sering dipuja dan dipuji bahkan dikultuskan. Sebab dalam kesehariannya dengan kewibawaannya yang cukup besar dia mampu mengendalikan pengikutnya tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain.
Kepemimpinan kharismatik biasanya
menggunakan gaya persuasif dan edukatif. Apabila dilihat dari kacamata
administrasi dan manajemen sebenarnya kepemimpinan tipologi ini akan jauh lebih
berhasil apabila kebetulan pemimpinnya mendapat kepercayaan pula sebagai
pemimpin formal, baik dalam pemerintahan maupun dalam persatuan atau organisasi
kemasyarakatan.
3.
Kepemimpinan Rasional
Kepemimpinan dalam suatu organisasi
hanya akan efektif, jika kepemimpinannya itu dapat diterima oleh pengikutnya.
Oleh sebab itu, kepemimpinan harus diimbangi dengan nilai-nilai rasionalitas
yang secara timbal balik diakui dan dibenarkan, baik oleh sang pemimpin maupun
pengikutnya. Salah satu bagian penting dari tugas pemimpin adalah pengembangan
sumber daya manusia atau orang-orang yang dipimpin.
4.
Kepemimpinan Otoriter
Tipologi kepemimpinan otoriter atau
biasa juga disebut dengan istilah otokratis, biasanya tidak bertahan lama dan
kalaupun akan bertahan hanya dilingkungan terbatas. Ketika masyarakat mulai
berkembang dan maju, baik dalam arti pendidikan maupun ekonomi dan peradaban,
sekaligus bersamaan waktunya kepemimpinan otoriter kan dijauhi oleh masyarakat.
Gaya kepemimpinan represif, inspektif,
dan investivigatif merupakan tingkah lakunya sehari-hari.Gaya-gaya tersebut
sekaligus membuktikan bahwa seorang pemimpin yang otoriter adalah seorang yang
hanya mengutamakan kehendak sendiri.Seolah-olah pada dirinya berhimpun dua
kekuasaan, yaitu memberi perintah dan menentukan keputusan.
5. Kepemimpinan Demokratis
Ada beberapa indikator yang dapat
dijadikan ukuran dalam melihat prototype kepemimpinan yang demokratis antara
lain adalah sebagai berikut :
ü Menempatkan
manusia dalam pandangan yang terhormat, mulia dan berpotensi.
ü Senantiasa
berusaha mempertautkan atara kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan
dan kepentingan pribadi
ü Terbuka
menerima kritik dan saran dari siapa saja
ü Berupaya
menciptakan iklim yang kondusif dan mengutamakan kerja sama yang kompak
ü Mendorong
bawahan untuk bebas berinisiatif, melalui kreativitas yang dinamis
ü Senantiasa
membina diri untuk bisa berkembang sebagai pemimpin yang berwawasan luas,
andal, dan berwibawa.
Kepemimpinan demokratis adalah
tipologi yang paling tepat dan ideal untuk dikembangkan dalam organisasi yang
modern. Pertimbangannya adalah karena lebih cocok dengan fitrah manusia dan
mudah untuk diterapkan dalam semua lapisan baik masyarakat kota maupun
masyarakat desa.
Secara filosofis corak kepemimpinan
demokratis akan tergambar dalam tindakan dan perilaku kepemimpian antara lain
sebagai berikut :
1) Pemimpin menghargai pengikutnya
secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan.
2) Pengambilan keputusan sangat
berorientasi kepada keputusan kelompok, bukan hasil pemikiran dari seorang
pemimpin saja.
3) Pola dialog menjadi kebutuhan dalam
menumbuhkan inisiatif kelompok.
4) Tugas dan wewenang disesuaikan dengan ruang
lingkup pekerjaan yang tersedia.
5) Memberi peluang
yang luas kepada bawahan untuk berkembang sesuai dengan skill-nya
6) Selalu mengatakan
bahwa keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan bersama (kelompok).
6.
Kepemimpinan Tunggal
Dalam ilmu kepemimpinan dikenal
istilah yang sama pengertiannya tetapi berbeda dalam penerapannya, yaitu
pimpinan dan kepala. Persamaan adalah
sama-sama menghadapi atau memimpin sekelompok orang dan sama-sama mempunyai
tanggung jawab tertentu dalam memimpin atau yang diberi amanah untuk
melaksanakan suatu tugas pokok sesuai dengan fungsinya. Sedangkan dalam
penerapannya secara operasional terdapat beberapa perbedaan yang sangat
prinsipil, yaitu sebagai berikut :
1) Pimpinan
- Bertindak sebagai organisator
dan koordinator
- Bertanggung jawab terhadap
sekelompok yang dipimpinnya
- Merupakan bagian dari
kelompoknya
- Kekuasaannya
berasal dari kepercayaan anggota kelompok atau bawahannya
- Dipilih dan diangkat atas
kemauan dan persetujuan anggota kelompoknya.
2) Kepala
-
Bertindak sebagai penguasa
-
Bertanggung jawab terhadap atasan, bukan kepada bawahan
-
Tidak selalu merupakan bagian dari kelompoknya
-
Kekuasaannya berpijak dari peraturan-peraturan
-
Tidak dipilih, melainkan diangkat oleh atasan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
7. Kepemimpinan
Kolektif
Pengertian kolektif adalah
bersama, jadi tipologi kepemimpinan yang kolektif bermakna bahwa kepemimpinan
tidak dijalankan oleh orang seorang dalam kapasitas jabatan apa saja. Tetapi
yang menonjol adalah kebersamaan, baik dalam memberikan penilaian terhadap
hasil usaha dan pengawasan.
2.5 Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan menunjukkan pada perilaku yang di tampilkan oleh seorang pemimpin
di hadapan orang-orang yang dipimpin. Gaya kepemimpinan dibangun atas dasar dua
dimensi yaitu:
ü Gaya
yang berorientasi pada orang atau hubungan atau bawahan.
ü Gaya
yang berorientasi pada tugas atau atasan.
Kontinum kepemimpinan
Teori
ini diperkenalkan oleh Robert Tanenbaum dan Waren Schmid. Menurut teori ini,
gaya kepemimpinan dibedakan menjadi dua yang ekstrem satu sama lain yaitu: gaya
kepemimpinan yang berpusat pada pemimpin dan gaya yang berpusat pada bawahan.
Diatara dua gaya yang ekstrim terdapat kontinum gaya kepemimpinan. Berikut
diagramnya:
![]() |
Managerial Grid
Teori
ini diperkenalkan oleh blake& moulton. Disini gaya kepemimpinan di bagi
menjadi dua yaitu yang berorientansi pada tugas dan hubungan. Dengan 5 macam
identifikasi gaya :
Ø Impoverish
Mangement
Ø Team
Management
Ø Country
Club Management
Ø Task
Management
Ø The
Middle of Road Management
Penjelaan dari
teori ini di paparkan dalam diagram.

|
|
|
|
perhatian
atas
|
|
Rendah


Leadership life cycle
Pemikiran
ini dicetuskan oleh Paul hersey dan Keneth Blanchard. Kedua dimensi yaitu
hubungandan tugas ditempatkan secara bersilangan sehingga diperoleh empat macam
gaya yaitu:
v Instructive
v Participative
v Consultative
v Delegative
Teori
ini sering disebut sebagai kepemimpinan situasional artinya bila masing-masing
atau gabungan dari gaya-gaya tersebut dipergunakan sesuai situasi.Situasi yang
dimaksud adalah tingkat kematangan bawahan (orang yang dipimpin).Hersey dan
blancard membedakan tingkat kematangan bawahan sebagai kematangan tugas
(kemampuan) dan kematangan emosi (kemauan).Dengan menempatkan kedua macam
kematangan ini secara bersilangan maka diperoleh empat tingkat kematangan.
§ M1-
tidak mampu dan tidak mau
§ M2- tidak mampu tetapi mau
§ M3-
Mampu tetapi tidak mau
§ M4-
mampu dan mau.
Dalam
pemikiran situasional ini, tidak ada gaya yang paling baik karena yang
dipentingkan adalah gaya yang sesuai pada situasi yang sesuai (the best fit). Sehingga yang lebih menarik
untuk diuraikan adalah bagaimana memainkan masing-masing gaya bila gaya
tersebut yang dianggap sesuai. Situasi atau tindakan dalam beberapa gaya:
Ä Gaya
Instruktif
a)
Mengajak dengan
hati-hati apa yang harus dilakukan
b)
Mengamati pelaksanaan
tugas
c)
Terlibat dalam hal
kecil
d)
Standar yang
ditentukan harus jelas
e)
Perintah harus
diberikan secara panjang lebar
f)
Menguji pelaksanaan
tugas
g)
Menegakkan disiplin
h)
Penuh pengertian
tetapi tugas
i)
Membantu orang lain
untuk belajar
Ä Gaya
Konsultatif
a)
Menunjukkan ide dan
gagasan
b)
Menjalankan
komunikasi yang baik
c)
Memberikan petunjuk
bila perlu
d)
Memonitor tugas
sesuai standar
e)
Menghargai prestasi
Ä Gaya
Partisipasi
a)
Focus pada
peningkatan moral dan semangat kerja
b)
Mendorong partisipasi
c)
Membatasi pemberian
petunjuk dan pengawasan
d)
Mengembangkan system
monitor diri
e)
Melakukan konsultasi
mengenai masalah
f)
Memberikan kesempatan
pada bawahan untuk mengembangkan diri
g)
Memberikan tanggung
jawab yang lebih besar
Ä Gaya
Delegatif
a)
Pimpinan bertindak
sebagai narasumber
b)
Membiasakan pekerjaan
dilakukan oleh kelompok
c)
Menegaskan sasaran/target
d)
Memberi dukungan
apabila diperlukan
e)
Menghindari campur
tangan
f)
Menanggapi prestasi
pertumbuhan secara serius.
2.6Efektifitas
Kepemimpinan
Prof. Dr.
Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga
faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :
1)
Ketajaman penglihatan
sosial
Adapun yang dimaksud dengan
ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan
mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari,
khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan
para anggota sesama organisasi.Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan
pokok atau kebutuhan pelengkap.
2)
Kemampuan berfikir
abstrak
Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat
cerdas, karena mimiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk
melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota
organisasi.
3)
Keseimbangan
Emosional
Seseorang
yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain,
menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang pemimpin harus dapat
menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya.Hal ini hanya
mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki
keseimbangan emosional.
Tinggi
![]()
Rendah-Tugas
Tinggi-Hubungan
|
Gaya Pemimpin
Tinggi-Tugas
Tinggi-Hubungan
|
Gaya Pemimpin
Rendah-Tugas
Rendah-Hubungan
|
Gaya Pemimpin
Tinggi-Tugas
Rendah-Hubungan
|
P
E
R
I
L
A
K
U
H
U
B
U
N
G
A
N
L
A
K
U
H
U
B
U
N
G
A
N
Rendah
Rendah PERILAKU TUGAS Tinggi
Diatas Rata-rata Rata-rata Dibawah Rata-rata
|
|||
Kedewasaan Pegawai
|
|||
Mapu dan mau
|
Mampu tetapi tidak mau
|
Tidak mampu tetapi mau
|
Tidak mampu dan tidak mau
|
Diagram Siklus Hidup Kepemimpinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk
mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan
sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau
bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak
mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Semakin
tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut
daripadanya kemampuan berfikir secara konsepsional
strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka
ia akan semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam
organisasi maka ia menjadi spesialist.
Teori sifat ,
teori perilaku dan teori situasi, teori kontingensi, teori behavioristik, teori
humanistik adalah teori yang mengemukakan lahirnya/timbulnya seorang pemimpin,
sedangkan tipe-tipe kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe
utama yaitu tipe tradisional, otoriter, demokratis, rasional, tunggal dan tipe
kolektif.
Tugas
utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang
terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena diputuskan demikian, bukan
karena secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
organisasi maka semakin besar bobot dari keputusan yang diambilnya meskipun
sering ke putusan tersebut bersifat umum dan kualitatif.
Dalam sebuah organisasi harus selalu terdapat
pendelegasian wewenang. Hal ini disebabkan karena keterbatasan-keterbatasan
dari manajer dalam melaksanakan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
Kartini. 2002. Psikologi Sosial Untuk
Manajemen, Perusahaan dan Industri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kayo,
RB. Khatib Pahlawan, 2005. Kepemimpinan
Islam dan Dakwah. Amzah.Jakarta
Kertahadi. 2003. Kepemimpinan dalam Organisasi.
Universitas Negeri Malang. Malang
Tisnawati
Sule, Ernie dan Saefullah Kurniawan. 2005.
Pengantar Manajemen. Media Kencana Prenada Group. Jakarta
Wadsworth J. Walter. 2004. Pustaka
Bisnis Global; Kepemimpinan. Tugu Publisher. Yogyakarta
http://rendim.blogspot.com/
(diakses 2 Juni 2011)
0 komentar:
Posting Komentar